Jumat, 05 Juni 2015

Gulai Thi Boh Panah Khas Aceh

Gulai Thi Boh Panah Khas Aceh

 

Mendengar namanya memang sedikit unik bagi orang-orang di luar Aceh / Sumatera. Makanan berbumbu khas Aceh ini mempunyai rasa yang gurih, merupakan perpaduan antara daging sapi dan kambing. Penasaran dengan rasanya? Silahkan coba sendiri di rumah dengan resep di bawah ini.
gulaithiboh

Bahan:

125 gr daging kambing
125 gr daging sapi
100 gr kelapa parut
5 butir bawang merah, iris tipis
3 siung bawang putih, iris tipis
1 ibu jari jahe, iris tipis
2 batang serai memarkan
100 gr nangka muda, potong-potong, rebus
500 ml air

Haluskan:

2 bh cabai merah
2 cm kunyit
1/2 sdm ketumbar dangrai
Garam secukupnya

Cara Membuat:

  1. Potong-potong daging kambing dan sapi dengan ukuran yang sama. Sisihkan. Sangrai kelapa parut di dalam wajan sampai kecokelatan. Giling / tumbuk sampai halus dan berminyak.
  2. Campur daging kambing dan sapi dengan ulekan, bersama dengan bawang merah, bawang putih yang diiris dan jahe. Masak ke dalam wajan di atas api kecil sampai daging berair dan menyerap bumbu.
  3. Beri air dan potong nangka. Masak sampai air mnyusut dan daging metang. Angkat dan sajikan.
Porsi: Untuk 4 orang.

Sejarah nama Indonesia

Sejarah nama Indonesia

sumber :Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
 
Nama Indonesia berasal dari berbagai rangkaian sejarah yang puncaknya terjadi di pertengahan abad ke-19. Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan Australia dengan aneka nama, sementara kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai ("Kepulauan Laut Selatan"). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara ("Kepulauan Tanah Seberang"), nama yang diturunkan dari kata dalam bahasa Sanskerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa ("Pulau Emas", diperkirakan Pulau Sumatera sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu sebagai Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab, luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "orang Jawa" oleh orang Arab, termasuk untuk orang Indonesia dari luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatera), Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah (Sunda) yang disebut kulluh Jawi ("semuanya Jawa").
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang", sementara kepulauan ini memperoleh nama Kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau Hindia Timur (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang kelak juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais). Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "Insulinde", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin "insula" berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20.

Nama Indonesia

Ki Hajar Dewantara, salah satu pribumi yang pertama kali menggunakan nama Indonesia ketika mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Persbureau.
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur"), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris):
"... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"".
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan yang sekarang dikenal sebagai Indonesia, sebab istilah Indian Archipelago ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. [1] Dan itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini bahwa penduduk di kepulauan ini adalah Indian, sebuah julukan yang dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):
"Mr Earl menyarankan istilah etnografi "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah geografis murni "Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia"
Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. [1]
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel ("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Persbureau. Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk "Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch ("Hindia") oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander ("pribumi") diganti dengan Indonesiër ("orang Indonesia")..

Politik

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu. [1]
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,
"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia-Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air pada masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesië diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Permohonan ini ditolak. Sementara itu, Kamus Poerwadarminta yang diterbitkan pada tahun yang sama mencantumkan lema nusantara sebagai bahasa Kawi untuk "kapuloan (Indonesiah)".
Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia-Belanda". Pada tanggal 17 Agustus 1945, menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah Republik Indonesia.

Linguistik

Sebelum bahasa Indonesia ditahbiskan menjadi bahasa persatuan pada Sumpah Pemuda, maka sejumlah linguis Eropa telah menggunakan istilah "bahasa Indonesia" alih-alih "bahasa Melayu" untuk menyebut bahasa yang dipertuturkan di Indonesia, terutama setelah terlihat percabangan pembakuan bahasa yang dipertuturkan di kedua wilayah tersebut pada awal abad ke-20. Pada tahun 1901, Hindia-Belanda (kelak menjadi Indonesia) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen, sedangkan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.[2] Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Salah satu linguis yang memopulerkan nama bahasa Indonesia adalah linguis Swis, Renward Brandstetter (1860-1842), yang dikenal sebagai pencetus teori akar bahasa Austronesia. [3], yang sejak 1908 mulai menyebut dirinya sebagai indonesischer Sprachforscher (peneliti bahasa Indonesia). Tulisan-tulisan Brandstetter pada kurun waktu sebelumnya (1893-1908) yang disebutnya Malaio-polynesische Forschungen (studi [bahasa] Melayu Polinesia), mulai 1908 dinamai ulang menjadi Monographien zur indonesischen Sprachforschung (monograf-monograf mengenai riset bahasa Indonesia). Walaupun demikian, "bahasa Indonesia" yang dimaksud oleh Brandstetter lebih luas daripada sekadar bahasa di Hindia-Belanda saja, melainkan juga mencakup bahasa-bahasa Filipina, bahasa Madagaskar, "mulai dari Formosa hingga ke Madagaskar"[3], oleh karena itu penggunaan istilah Indonesia oleh kalangan lingustik tidak memiliki konotasi geopolitis yang sama dengan masa sekarang, melainkan sebagai cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat atau Austronesia Barat[4]. Penelitian Brandstetter tentang Bahasa Indonesia telah diterbitkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1916 (empat esai[5]), dan satu di antaranya telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia pada 1956[6]. Esai-esai itu mempengaruhi perkembangan ilmu linguistik Austronesia[7]. Tentang ketertarikannya, ia menyebutkan pengaruh Niemann, Hurgronje, Adriani, dan Conant: "... Dengan begitu bertahun-tahun saja telah mempeladjari berbagai teks dalam bahasa Indonesia, mula-mula dibawah pimpinan Niemans, kemudian sendiri sadja. Kalau teks-teks itu tiada memuaskan, maka saja – oleh sebab tak pernah mengundjungi Indonesia – berhubungan dengan kaum penjelidik jang telah berpuluh-puluh tahun diam disana, untuk memperoleh keterangan dengan lisan, terutama dengan Snouck Hurgronje, Adriani dan Conant."[6]
Penggunaan istilah "bahasa Indonesia" dalam pengertian modern, yaitu seperti dalam pemikiran Suryaningrat, baru muncul setelah 1918, dan dipakai dalam karya-karya, a.l.: Adriaanse (1918), Jonkman (1918), Ratu Langie (1918). Secara internasional, istilah tersebut mulai digunakan luas pada 1920-an, seperti dalam Weber (1922), dan Congres International Pour la Paix di Paris (1926)

Sayur Tauco Khas Medan

Sayur Tauco Khas Medan

Bingung mau masak apa? Pastikan Anda bergabung dengan  untuk mendapatkan tips & resep-resep masakan yang enak dan mudah setiap harinya.
Masakan khas daerah medan ini merupakan perpaduan masakan chinese food dan Indonesia. Terdapat banyak sekali campuran bumbu di dalam masakan ini. Selamat mempersiapkan dan memasak.
sayurtaucomedan

Porsi: Untuk 4 orang.

Bahan:

125 gr daging sandung lamur, potong dadu kecil
100 gr udang, kupas kulit
50 gr kacang panjang potong-potong
50 gr tekokak
8 siung bawang merah, iris tipis
3 siung bawang putih, iris tipis
2 bh cabe merah, haluskan
2 cm lengkuas, memarkan
1 batang sereh, memarkan
2 ruas jahe, memarkan
2 lembar daun salam
1 bunga kecombrong, belah 4 memanjang
2 bh cabe hijau, iris tipis, serong
2 bh cabe merah, iris tipis, serong
1 bh tomat, potong-potong tipis
2 bh belimbing sayur, belah 2 memanjang
2 sdm tauco
1 papan pete, belah dua
1/2 sdt garam
1 sdt gula

Cara Membuat:

  1. Tumis bawang merah, bawang putih, cabe merah halus, lengkuas, sereh, salam, jahe, kecombrang, dan pete sampai layu ke dalam penggorengan.
  2. Tambahkan irisan cabe hijau dan cabe merah, tomat, belimbing sayur. Aduk sampai layu.
  3. Masukkan tauco ke dalam penggorengan, aduk sampai matang. Tambahkan daging dan udang. Aduk sampai berubah warna.
  4. Masukkan kacang panjang ke dalam wajan, tekokak, daram, dan gula. Tuang 300 ml air, masak sampai bumbu meresap.
  5. Sayur taouco siap disajikan.

Mengintip Tulisan Tangan Jokowi-JK di Buku Tamu Museum Kepresidenan

Jumat, 05/06/2015 14:37 WIB

Mengintip Tulisan Tangan Jokowi-JK di Buku Tamu Museum Kepresidenan

Moksa Hutasoit - detikNews
Mengintip Tulisan Tangan Jokowi-JK di Buku Tamu Museum Kepresidenan
Jakarta - Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla berkunjung ke Museum Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, usai salat Jumat hari ini. Ada yang menarik di daftar tamu museum yang diisi oleh RI-1 dan RI-2.

Bersandal jepit, Jokowi dan JK datang ke museum dengan tertib layaknya pengunjung biasa. Begitu tiba di museum, Jokowi yang mengenakan kemeja batik lengan panjang warna dominan cokelat langsung menuju meja resepsionis untuk mengisi buku tamu. JK yang mengenakan kemeja batik lengan panjang warna dominan merah muda plus peci mengantre di belakang Jokowi. Kedua pemimpin Indonesia itu mengisi buku tamu dengan tulisan tangan sendiri.

Buku tamu itu terdiri dari 7 kolom. Ada kolom nomor, tanggal kedatangan, nama, alamat, telepon/email, jumlah pengunjung, dan tanda tangan. Ada yang menarik dalam isian buku tamu Jokowi dan JK.

Jokowi mengisi daftar kehadiran nomor 3. Di daftar hadir nomor 1, ada nama Dra Asmawati yang berasal dari SMP N 1 Sunggal Deli Serdang dan Susilo Joko R dari SMA N 1 Purwantoro di nomor 2.

Di kolom tanggal kedatangan, Jokowi menuliskan 5 Juni. Lalu, mantan Gubernur DKI itu menuliskan namanya di kolom nama. Di kolom alamat, Jokowi menuliskan Indonesia. Kolom nomor telepon dan jumlah pengunjung dikosongkan, lalu Jokowi membubuhkan tanda tangan di kolom yang disediakan.

Wapres JK yang mengisi setelah Jokowi hanya menuliskan tanda petik di kolom tanggal, simbol kedatangannya di waktu yang sama dengan Jokowi. Di kolom nama, RI-2 menulis Jusuf Kalla. Nah, di kolom alamat, JK berbeda dengan Jokowi, pria asal Makassar itu menulis JKT. Kolom nomor telepon dan jumlah pengunjung juga dikosongkan, JK langsung melompat ke kolom tanda tangan.

Di bawah daftar kehadiran Jokowi dan JK, ada dua wartawan yang ikut mengisi buku tamu.

Setelah mengisi buku tamu, Jokowi dan JK lalu berkeliling museum. Namun kunjungan keduanya tertutup untuk awak media. Setelah puas bekeliling, mereka pun kembali ke dalam Istana Bogor.

Pemandu museum, Nabiha menjelaskan Jokowi-JK memang sempat berkeliling ke ruangan ‎tempat penyimpanan barang-barang pribadi presiden.



Jokowi-JK sedang mengantre

Ikuti berbagai berita menarik hari ini di program "Reportase Sore" TRANS TV Senin sampai Jumat pukul 16.45 WIB
sumber : detik.com

cara membuat soto betawi

Menu yang akan Resep Koki sajikan kali ini adalah menu yang berasal dari Ibu Kota Negara kita, yap! Jakarta, soto betawi adalah salah satu varian masakan soto di Indonesia. Soto Betawi adalah masakan khas orang Jakarta dan disukai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Soto betawi terkenal dengan rasa kuahnya yang gurih merupakan perpaduan dari santan susu, daging sapi, dan jeroan. Ditambah lagi dengan perasan jeruk limau.. duh, bisa ngiler.
Makan-nya jangan sering-sering ya kerena mengandung kolesterol tinggi. Berikut adalah resep dan cara membuatnya. Selamat mencoba…

Bahan:

Babat sapi 150 gram
Paru sapi seberat 150 gram
Daging sandung lamur atau sengkel sebanyak 300 gram
Usus sapi 150 gram
500 ml Santan encer sebanyak
200 ml Susu sapi sebanyak
1/2 L air untuk merebus kira-kira 1,5 liter
3 sdm minyak, untuk menumis

Bumbu (dihaluskan):

3 bh Cabai merah besar
10 butir bawang merah
7 siung bawang putih
1 sdt merica bubuk
2 cm jahe
2 sdt jintan
1 sdt cengkeh
4 lembar daun salam
2 batang serai, yang sudah dimemarkan
Garam secukupnya

Bahan Pelengkap:

Tomat merah potong potong menjadi 12 bagian
Sebatang daun bawang, iris serong halus
Sebatang daun seledri, rajang halus
Bawang goreng
Emping goreng
Sambal cabai rawit
Acar

Cara Membuat:

  1. Rebus daging sengkel dan sandung lamur dengan air, rebus sebentar hingga daging berubah warna, kemudian tiriskan dan buang air rebusan pertama, kemudian rebus daging tadi dengan 1,5 liter air dan 1 sendok makan garam, rebus hingga daging sengkel dan sandung lamur lunak. Angkat tiriskan kemudian potong-potong dadu, sisihkan air kaldunya.
  2. Rebus semua daging jerohan hingga empuk dan tiriskan, kemudian buang air rebusannya karena air rebusan kaldu daging yang kita gunakan sebagai kuah soto. Potong-potong babat, paru dan usus menjadi ukuran kecil.
  3. Panasi kaldu daging dengan api sedang kemudian tumis bumbu halus, daun salam dan sereh dengan minyak goreng hingga matang dan wangi, segera masukkan tumisan bumbu ke dalam air kaldu, aduk hingga rata. Masukkan potongan daging dan jerohan ke dalam air kaldu kemudian tambahkan air susu dan santan, aduk aduk hingga kuah mendidih tambahkan garam dan cicipi kuah hingga di dapat rasa yang pas (sesudah santan masuk terus aduk aduk agar santan tidak pecah/pisah dengan air kaldu). Matikan api, sajikan.

Cara Penyajian:

  • Sajikan soto dalam mangkuk, beri irisan tomat, daun bawang. daun seledri, dan bawang goreng. Hidangkan bersama emping, sambal, dan acar dalam tempat terpisah.
  • Jika suka minyak samin, beri 1 sendok makan minyak samin ke dalam mangkuk ketika kuah panas mengepul. Biarkan minyak samin meleleh bersama kuahnya, dan soto siap disantap.
Aroma soto betawi yang khas pastinya cocok sekali untuk Bunda sajikan dirumah, ditambahkan dengan irisan jeruk limau dan beberapa potongan emping, hmm pastinya akan sangat nikmat dan keluarga menyukainya.
sotobetawi

Kamal Tarachand, Tersangka Penipuan Investasi Tisu Ditangkap di Hotel di Sunter

Jumat, 05/06/2015 09:19 WIB

Kamal Tarachand, Tersangka Penipuan Investasi Tisu Ditangkap di Hotel di Sunter

Mei Amelia R - detikNews
Kamal Tarachand, Tersangka Penipuan Investasi Tisu Ditangkap di Hotel di Sunter
Jakarta - Pihak kepolisian bergerak cepat setelah menerima laporan puluhan warga dan sejumlah artis korban penipuan investasi tisu. Tersangka Kamal Tarachand, pria keturunan itu ditangkap tak lebih dari 24 jam setelah para korban melapor.

Kasubdit Fismondev Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Arie Ardian membenarkan penangkapan tersangka ini.

"Iya betul, saudara Kamal Tarachand sudah ditetapkan sebagai tersangka dan sudah kami tangkap," kata Arie Ardian kepada detikcom, Jumat (5/6/2015).

Arie mengatakan tersangka ditangkap di sebuah hotel di kawasan Sunter, Jakarta Utara pada Rabu (3/6) malam. Saat ini pihaknya masih terus meendalami keterangan tersangka.

Kamal Tarachand dilaporkan puluhan warga dan sejumlah artis atas dugaan penipuan investasi bodong. Dalam praktiknya, ia menawarkan member untuk berinvestasi minimal Rp 1 juta dengan komisi Rp 200 ribu per hari selama 1.000 hari.

‎Sebagai keanggotaan, member mendapatkan produk tisu wajah ribuan pcs. Tidak hanya itu, dalam kemasan tisu ini, member bisa mengiklankan usahanya.


Ikuti berbagai berita menarik hari ini di program "Reportase Sore" TRANS TV Senin sampai Jumat pukul 16.45 WIB

(mei/aan)
sumber :news detik.com

Malaysia Diguncang Gempa, 145 Orang Terjebak di Gunung Kinabalu

Jumat, 05/06/2015 10:45 WIB

Malaysia Diguncang Gempa, 145 Orang Terjebak di Gunung Kinabalu

Rita Uli Hutapea - detikNews
Malaysia Diguncang Gempa, 145 Orang Terjebak di Gunung Kinabalu
Kuala Lumpur, - Setidaknya 145 orang terjebak di puncak Gunung Kinabalu menyusul gempa bumi yang melanda Sabah, Malaysia. Saat ini operasi penyelamatan tengah dilakukan.

Direktur Sabah Parks, Dr Jamili Nais mengatakan, sebuah helilkopter akan bertolak menuju Laban Rata untuk membawa mereka yang terluka di Gunung Kinabalu.

"Diperkirakan ada 105 hingga 109 orang termasuk pendaki, guide dan seorang petugas Sabah Parks yang terjebak, namun ini tidak berada di wilayah berbahaya, jadi kami sarankan mereka tidak bergerak karena khawatir ada bebatuan yang runtuh," ujar Nais seperti dilansir New Straits Times, Jumat (5/6/2015).

"Kami minta adanya koordinasi operasi penyelamatan, kami minta mereka menunggu sampai situasi stabil sebelum melakukan upaya apapun," imbuhnya.

Selain mereka, sekitar 40 orang lainnya juga terjebak di sekitar gunung tersebut. Empat orang di antaranya mengalami luka-luka, seperti kaki dan tangan yang patah dan cedera kepala.

"Kami telah memindahkan mereka yang terluka ke daerah Laban Rata untuk kemudian dijemput helikopter dalam waktu secepatnya," tutur Nais.

Menurut badan Survei Geologi Amerika Serikat, USGS seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (5/6/2015), gempa terjadi pada kedalaman sekitar 10 kilometer dengan pusat gempa berada sekitar 19 kilometer dari kota Ranau dan sekitar 54 kilometer dari Kota Kinabalu, ibukota negeri bagian Sabah.

Tak ada peringatan tsunami terkait gempa berkekuatan 6 Skala Richter (SR) yang dilaporkan terjadi pada Jumat (5/6) pukul 07.15 waktu setempat ini. Selama ini, gempa besar terbilang langka di Malaysia.

Para pengguna media sosial Malaysia banyak yang memposting foto-foto jalan yang rusak akibat gempa, juga kaca-kaca jendela yang pecah dan tembok serta lantai yang retak di Sabah. Namun sejauh ini belum ada laporan mengenai kerusakan besar yang terjadi akibat gempa.



Ikuti berbagai berita menarik hari ini di program "Reportase Sore" TRANS TV Senin sampai Jumat pukul 16.45 WIB

(ita/ita)

Jumat, 01 Mei 2015

stop motion adegan kecelakaan mobil mrui production

DOKUMETER SEKOLAH MTS AL MURYIDIYYAH

kultum obat hati isra mira'j

kultum obat hati isra mira'j

new program happy fun video

kutum 4 agar ibadah tak sia sia

kultum 2 new OBAT HATI membolehkan suatu yang haram dalam keadaan darurat

kultum 2 new OBAT HATI membolehkan suatu yang haram dalam keadaan darurat

iklan layanan masyarakat akibat jalan rusak

THE TUTORIAL How To Dance to DUBSTEP Tutorial Robotic POPPING Lesson

KEBUT KEBUTAN MENCARI PERKARA SAJA

CENDOLEO IKLAN #INITALKSHOW NET

IKLAN BAKWAN UJIKOM GOOD BALA BALA # INI talkshow net

Senin, 12 Januari 2015

RIF info islamic: Pengertian Khitan dan Hukumnya

RIF info islamic: Pengertian Khitan dan Hukumnya: Pengertian Khitan dan Hukumnya 1.Pengertian Khitan Khitan  menurut bahasa berarti memotong atau mengkhitan, sedangkan menurut istilah k...